8 Kali Beruntun Dapat WTP, Jakarta Bikin Iri Daerah Lain! Ini Resep Rahasianya

KOSADATA - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali mencatatkan prestasi membanggakan. Untuk kedelapan kalinya secara berturut-turut sejak 2017, Jakarta meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI).

Penghargaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Tahun Anggaran 2024 itu disampaikan dalam Rapat Paripurna DPRD DKI Jakarta pada Senin, 26 Mei 2025. 

Capaian ini memperkuat konsistensi Pemprov Jakarta dalam menjaga akuntabilitas keuangan daerah.

Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, mengungkapkan bahwa LKPD 2024 telah diserahkan kepada BPK RI pada 26 Maret 2025 untuk diperiksa secara menyeluruh. Ia menyampaikan apresiasi atas profesionalisme BPK dalam menjalankan proses audit.

“Pencapaian opini WTP ini mencerminkan tingkat akuntabilitas dan kualitas pengelolaan keuangan daerah yang telah dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan,” ujar Pramono dalam keterangannya, Senin, 26 Mei 2025.

Menurut Pramono, rekomendasi hasil pemeriksaan BPK akan dijadikan pijakan untuk terus memperbaiki tata kelola keuangan. 

Ia juga menyampaikan terima kasih kepada DPRD DKI Jakarta atas kerja sama dalam menjaga fungsi legislasi, pengawasan, dan penganggaran.

Sejumlah langkah strategis telah dilakukan sepanjang 2024 untuk memperkuat sistem keuangan, antara lain penguatan Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD), pengembangan sistem informasi persediaan elektronik, serta kerja sama dengan BPN dalam pensertifikatan tanah.

Selain itu, Pemprov DKI juga menggencarkan digitalisasi aset fasilitas sosial dan umum, serta memperkuat pengendalian internal lewat supervisi perangkat daerah dan pendekatan berbasis risiko oleh inspektorat.

“Ke depannya, penguatan sinergi ini diharapkan terus berlanjut demi menyukseskan transformasi Jakarta sebagai pusat perekonomian nasional dan kota global,” kata Pramono menutup sambutannya.

Prestasi ini menambah daftar panjang capaian keuangan Pemprov DKI di tengah