Buya Hamka memuji “Pembela Islam”, karena memuat artikel-artikel yang ditulis pemimpin-pemimpin Islam kawakan, seperti Muhammad Sabirin dari Partai Sarekat Islam, Haji Agus Salim, Ali Harharah dari al-Irsyad, A. Hassan, Mohammad Natsir, dan Isa Anshari.
KOSADATA | Narasi kebencian yang dialamatkan kepada Islam mengalir deras melalui mimbar-mimbar pertemuan atau tulisan-tulisan dalam Majalah dan surat kabar. Banyak tuduhan, serangan, dan celaan dari orang-orang yang tidak suka terhadap Islam. Mereka lantang menanamkan kebencian kepada Islam dan para pemeluknya.
Melihat kenyataan seperti itu, Persatuan Islam, organisasi keagamaan yang didirikan Muhammad Yunus dan Zamzam pada 12 September 1923, tidak tinggal diam. Pada Oktober 1929, Persatuan Islam yang bermarkas di Bandung menerbitkan Majalah “Pembela Islam”.
Abdul Kadir Badjuber dalam “Historiografi Majalah Pembela Islam” menyebutkan, lahirnya Majalah tersebut tidak lepas dari ide tokoh-tokoh Persatuan Islam, seperti Ahmad Hassan dan Mohammad Natsir.
Sesuai namanya, “Pembela Islam” diterbitkan sebagai media dakwah dalam membela Islam melalui tulisan. Kendati begitu, mengadakan ceramah-ceramah langsung dan perdebatan-perdebatan untuk melawan segala serangan yang tidak suka terhadap Islam, pun tetap dilakoni.
Artikel-artikel yang dimuat dalam Majalah “Pembela Islam” ditulis oleh anggota-anggota Persatuan Islam atau oleh tokoh-tokoh Islam lainnya yang menonjol dan cerdas. Tulisan-tulisannya sangat berbobot, tajam, dan kaya dengan referensi.
Padahal, waktu itu tidak mudah untuk bisa mendapatkan banyak literatur bacaan. Mereka yang menulis dalam Majalah “Pembela Islam” banyak yang menguasai bahasa-bahasa asing, terutama bahasa Arab, Belanda, dan Inggris.
Tak heran, Buya Hamka memuji “Pembela Islam”. Menurutnya, Majalah tersebut
Comments 0